Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Hybrid Work itu Fleksibel

Gambar
  Hybrid work itu Fleksibel 🆂🅴 Pandemi men yamarkan batas antara realitas virtual -sebagai dunia di balik gadget - dan realitas nyata. Sebelum pandemi , banyak yang men ganggap dunia maya atau realitas virtual sebagai simulasi. Kesannya h anya sekumpulan remaja memainkan MMORPG ( Massively Multiplayer Online Role Playing Game ), atau kaum 'rebahan' cekikikan di depan gadget sambil mengubah identitasnya di media sosial. Paling jauh memfasilitasi belanja online . Saat ini, d unia maya menjadi 'ajang' untuk berkreasi dan meningkatkan produktivitas. Sebuah subtitusi dari dunia nyata kata filsuf Perancis, Paul Virilio. Penerapan working from home (kurang lebih 2 tahun) memunculkan cara baru dalam bekerja, hybrid work . Sebuah cara yang kemudian mendorong Ernst & Young melakukan survey terhadap para karyawan di Asia Tenggara dan Indonesia . Hasil nya, 85% karyawan di Indonesia menuntut fleksibilitas pascapandemi di lokasi kerja dan jam kerja . Sebanyak 5 4 %-

INTERAKSI

Gambar
  INTERAKSI 🆂🅴 Manusia selalu berfantasi untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan mesin. Sebuah keadaan yang dibayangkan R ay Kurzweil , seorang futuris terkemuka abad ini, sebagai proses evolusi yang tak terhindarkan , yaitu penyatuan manusia dan mesin . Keyakinan Kurzweil didasarkan pada laju perubahan teknologi yang begitu cepat, sehingga akan mengubah kehidupan manusia sepenuhnya ( Singularity ). Gambaran idealis tentang kemampuan manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan mesin selalu menjadi harapan terpendam, sampai perkembangan dalam ilmu saraf kognitif dan teknologi pencitraan otak mulai memberi kemampuan untuk berinteraksi dengan otak secara langsung. S erangkaian eksperimen yang diumumkan tahun 2013, para ahli saraf dari University of Southern California (USC), Wake Forest University (WFU), University of Kentucky dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) sudah bisa menggunakan perangkat untuk merekam pola dalam jaringan tikus dan mon

Jethungan

Gambar
Jethungan 🆂🅴 Pelataran rumah Mbah Jinem memang ideal buat main gundu (neker). Tanahnya padat dan mulus. Setiap sore puluhan anak berkumpul disana. Mereka membuat sebuah garis memanjang, diakhiri lingkaran. Sepanjang garisnya ada guratan berinterval untuk meletakkan gundu yg akan dikenai gundu jagoan masing-masing anak yg dilontarkan dari jarak tertentu. Semua senang. Saya juga, meski tidak pernah diperbolehkan ikut terlibat karena dianggap anak bawang. Tetapi saya senang. Seperti kesenangan saat bermain trek, sepletan, jethungan, mandi hujan sambil rebutan mangga di kebon tetangga dan banyak aktivitas lainnya. Menyenangkan. Saat itu, senang merupakan konsep sederhana dan tidak bersyarat. Bahkan tanpa temanpun imaginasi kanak-kanak dapat menuntun pengkreasian simulasi-simulasi luar biasa yg sangat menyenangkan, sendirian. Sore bbrp waktu lalu, anak-anakku bermain hujan setelah lama berdiam di rumah dan lama juga hujan tidak turun. Mereka tertawa dan tentunya bahagia. Perasaan yang aku

Realitas

Gambar
Realitas 🆂🅴 Menelusuri realitas menggunakan pengetahuan inderawi dan rasional yg didapatkan melalui prinsip² logika terkadang tumpul untuk memahami Keagungan dan Kebesaran Pencipta. Indera hanya melakukan pencerapan realitas yang kadang - bahkan seringkali-  tidak bermakna meskipun memiliki keinginan kuat untuk menjadikannya tambahan bahan baku keyakinan. Masih dibutuhkan tambahan informasi untuk menyeberangkan nafsu yang pada awalnya terpuaskan oleh keindahan, kenyamanan, kelezatan dst menjadi rasa kekaguman dan ketundukan. Logika bahwa keberadaan ilmu ada di perut yang lapar tentunya bukan informasi populer di komunitas yg mensyaratkan makan bergizi tiga kali sehari. Sulit juga untuk memahami kecukupan harta ada pada penerimaan dan syukur, atau keberkahan dari setiap suap makanan yg dimasukkan mulut adalah rasa syukur. Bukan sekadar logika yg menata pengetahuan inderawi, pengetahuan primer atau sekunder. Ini persoalan rasa yg disusuri  melalui penalaran di wilayah Rahmat. Foto nyom

Akhir Momentum

Gambar
Akhir Momentum 🆂🅴 Ada keingintahuan yg dalam tentang ujung dari momentum saat ini. Akankah melayang seperti udara dan menerbangkannya kemana suka? Atau seperti emosi yg meledak-ledak lalu padam dan meledak kembali. Tidak ada transendensi. Tidak ada pengabdian. Tidak ada harapan. Pasrah dan gelora hidup bergantian menguasai semangat. Saling memberikan penafsiran makna hakiki tentang  perubahan yg dekat. Melekatkannya dalam setiap ujung mimpi di tidur siang dan memanenkan letih di ujung malam. Hanya ada satu pemilik pengetahuan tentang esok. Luasnya bahkan air lautan pun takkan sanggup menuliskannya, apalagi setetes darinya. Tp yg setetes itu memabukkan manusia dan menjadikannya sebagai senjata u. memproklamasikan diri sbg eksistensi. Kemilau mentari kalah dari kesombongan. Hanya ada satu pemilik pengetahuan tentang esok. Luasnya bahkan lautan pun tak sanggup menuliskannya, apalagi setetes darinya. Daun jatuh karena mandat. Kesombongan mematikan cahaya. Karena normal adalah anomali, pa

Kilas

Gambar
Kilas 🆂🅴  Terlepas dari keinginannya untuk menjadi modern (maju), masyarakat Indonesia sebenarnya sangat dangdut sekali (Emha Ainun Nadjib). Identitas budaya yg direpresentasikan sebagai kampungan, terbelakang dan miskin. Tahun 1990-an 35% dari musik rekaman yg terjual adalah dangdut. Saat itu dangdut menjadi musik yg memenuhi banyak sekali ruang-ruang privat dan publik, dari kamar tidur, tempat makan, karaoke sampai mall. Dan tahun 2006, program siaran musik 67%-nya merupakan musik dangdut. Sementara di televisi dangdut menjadi tontonan wajib yang ditonton 566,6 menit perharinya (1 hari = 1.440 menit). Audien musik dangdut seringkali dianggap, direpresentasikan atau dimobilisasi dengan berbagai cara oleh kepentingan tertentu seperti iklan, pemerintah sampai organisasi tertentu seperti LSM dsb. Dangdut dianggap mewakili hasrat dan aspirasi rakyat kecil, rakyat jelata, kaum gembel, masyarakat bawah, masyarakat pinggiran dan yg dipinggirkan, juga masyarakat menengah ke bawah. Liriknya

MEMBANGUN RUANG KEBERSAMAAN

Gambar
MEMBANGUN RUANG KEBERSAMAAN 🆂🅴 Tidak ada sebuah realitas yang maujud sia-sia. Seluruh artefak alam, hasil kreasi Sang Pencipta, harus diyakini memiliki arti penting bagi kehidupan manusia. Gunung, hutan, lautan, sungai bahkan sebuah situ kecilpun, memiliki guna. Situ misalnya. Dia bisa berperan sebagai tempat persedian air, pengendali banjir, habitat tumbuh kembang tumbuhan dan satwa, sarana irigasi, tempat budidaya ikan, transportasi, rekreasi, olahraga, dan seterusnya. Peranan situ yang beragam ini, tidak bisa dilihat secara terpisah. Apalagi dengan adanya perubahan iklim yang memiliki potensi mendatangkan kerugian. Kenaikan harga pangan karena proses tanam dan penyimpanannya membutuhkan air dan energi lebih. Kerusakan infrastruktur karena bencana alam, berkurangnya sumber air, meningkatnya penularan penyakit, dan bencana. Sekarang ini para pemangku kepentingan, yang memiliki atau diberi hak melakukan optimasi artefak-artefak alam ini, asyik masyuk sendiri mengembangkan tindakan pr

Belajar adil dalam Pikiran

Gambar
Belajar adil dalam Pikiran 🆂🅴 James A.F. Stoner seorang profesor di Universitas Fordham, Amerika melakukan penelitian tentang kualitas kepemimpinan di seluruh dunia. Dia menyatakan seorang pemimpin harus mampu bekerjasama dengan orang lain. Selain sebagai pemikir analitis dan konseptual, penengah yang bijaksana dan adil, seorang pemimpin mesti menyediakan ruang bagi orang lain untuk ikut berpartisipasi dalam diskursus terhadap arah kebijakan organisasi. Pelibatan orang lain dalam diskursus ini membuka peluang munculnya tindakan yang paling kreatif, produktif dan tetap selaras dengan tujuan organisasi. Pintu-pintu kesempatan terbuka lebar untuk inovasi-inovasi yang mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja. Stoner juga menunjukkan bahwa seorang pemimpin mesti berperan sebagai forcing mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Karena kepemimpinan adalah gabungan antra seni dan ilmu, seorang pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah). Dia har

Sebuah Buku

Gambar
Sebuah Buku 🆂🅴 Apakah syaitan pernah menulis buku? Jawabnya pernah. Buku itu dia letakkan (dipendam) di bawah singgasana Nabi Sulaiman ' alayhisalam dan membocorkan informasi tentang buku itu sesaat sesudah sang nabi wafat. Buku itu berisi amalan-amalan sihir yang memungkinkan manusia melakukan hal-hal luar biasa melampaui akal. Tujuannya? Mendekonstruksi seluruh kredibilitas sang nabi dan menisbahkannya kepada laku atau perbuatan sihir. Pemutarbalikan fakta ini sebagian besarnya berhasil. Buku sebagai bukti otentik dan real merupakan fakta tak terbantahkan oleh persepsi yg menjadikan realitas objektif sebagai dasar pengambilan sebuah keputusan tentang benar dan salah. Kondisi ini bertahan berabad-abad lamanya. Bahkan saat Kanjeng nabi Muhammad shalallahu 'alayhi wasallam menyatakan kenabian Sulaiman, segera saja dibantah dan ditertawakan oleh golongan yahudi. Mereka tetap beranggapan bahwa Sulaiman tidak lebih dari tukang sihir. Pelajaran ini mengingatkan kita bahwa sebuah

Saya Pikir Beda

Gambar
Saya Pikir Beda 🆂🅴 Perhatiin film² Korea 5 tahun belakangan? Kemilau glamour industri hiburan konon mampu menarik puluhan bahkan ratusan ribu remaja masuk. Minimnya pengetahuan, pengalaman plus ambisi yg begitu besar akhirnya banyak menjebak mereka pada kontrak² yg mungkin lebih pas disebut rudo pekso. Dalam kontrak tersebut ada investasi berbiaya dan harus di bayar. Investasi awal untuk pelatihan misalnya, itu menuntut latihan fisik yg keras 12-16 jam/hari tanpa asupan makan memadai untuk mencapai berat badan ideal dan akomodasi seadanya (mungkin bisa juga disebut penyiksaan?  Ujung dari pelatihan keras, disiplin dan menyiksa diri seperti itu akhirnya hanya menghasilkan ratusan k-pop star. Bagaimana dengan puluhan atau ribuan lainnya? Mereka tidak laku, tidak punya pekerjaan dan tetap diharuskan membayar investasi awal. Banyak dari mereka kemudian terlilit hutang bahkan juga bunga berbunga. Kondisi ini tentunya peluang untuk membuka jalan pintas eksplorasi bisnis lanjutan atau sampi

Catatan Akhir Pekan

Gambar
Catatan Akhir Pekan 🆂🅴 Sabtu di ujung Mei mendadak ingin ketemu teman-teman alumni Indraprasta. Dipicu undangan khitan cucunya Kang Ajat, pagi jam 9 aku memulai perjalanan akhir pekan. Jangan membayangkan alur seperti perjalanan ke baratnya Hanoman versi Mandarin alias Sun Go Kong yg menemani gurunya mencari kitab suci. Perjalanan akhir pekan ini bahkan lebih dramatis karena harus melewati serangkaian proses mulai dari memandikan si bungsu, beliin nasi uduk, siapin makan juga mengajak keliling kampung. Setelah itu baru bisa mandi pake sabun wangi tak lupa gosok gigi, siapin motor dan berangkat. Bandingkan dengan Go Kong yang tidak digelendotin bocah apalagi istri, karenanya dia bisa sesuka hati. Gw sesuka hati? Huh digelandang ke kantor RW hehehe .. Akhirnya berangkat ke tujuan pertama, rumah Quina, emaknya si Kembar yg ternyata sudah SMA. Ampun deh , padahal ketemu dahulu masih ga mau lepas sama mamaknya, sekarang sudah SMA. "Quina, pilihan 4 sehat 5 sempurnanya berhasil!"

Munajat

Gambar
Munajat 🆂🅴 Gus Baha luar biasa saat mengatakan ikhlas tidak bisa berangkat dari syari'at. IKhlas mesti berpijak di atas hakikat. Hakikat manusia dijadikan ada, dipinjemin fisik, difasilitasi alam sbg tempat, bahkan ruh, semua adalah milik-Nya. Ikhlas tidak bisa berangkat dari syari'at. Dia mesti berpijak di atas hakikat. Hakikat menghilangkan aku yg berkehendak. Sehingga saat bermunajat (berbisik mesra) ' inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil alamin ', itu merupakan deklarasi dari ketidakberdayaan. Sungguh memalukan kalo mengklaim keputusan beribadah karena diri sendiri. Malu²-in juga  ketika semua sudah diberi, difasilitasi tetapi masih saja mematerialisasi peribadatan. Di atas semuanya, Gusti Maha Lembut. Dia berikan Rahmat lagi dan lagi sekaligus menutupi rasa tak tahu malu hambanya dengan membuka pintu lebar² untuk meminta...hanya kepada-Nya. Karena toh, bukan karena sholat sempurna atau doa yg bersungguh-sungguh yang membuat hajat kita terkabul.

Objektif itu apa?

Gambar
Objektif itu apa? 🆂🅴 Ada dua mainstream dalam peliputan, objektif & subjektif. Satunya menganggap pandangan mata sebagai realitas apa adanya, satu lagi sebagai hasil konstruksi pikiran ketika mempersepsi realitas. Konstruksionis menyangkal sebuah realitas objektif karena interpretasi seseorang berperan memberi makna. Buat mereka pernyataan gw lihat dg mata kepala sendiri memiliki banyak versi. Tidak ada kebenaran mutlak disana. Sementara Positivis sangat meyakini berita sebagai cermin realitas, sampai mereka menyadari tidak semua realitas bisa ditangkap sebuah cermin. Seperti Hume yg menundukkan realitas objektif di bawah fakultas inderawi semata, menyangkal maujudnya realitas di balik inderawi. Contoh sederhananya, Hume menyangkal keberadaan kausalitas pada sebuah benda yg bergerak karena ditumbuk bola lain. Mirip logika pecinta lontong sate yg menyangkal kausalitas baju seksi dg pelecehan. Foto: Koleksi pribadi

Aneh

Gambar
Aneh 🆂🅴 Sungguh aneh satu negeri, ketika mempersepsi penyediaan ruang untuk pembelajaran. Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin luas ruang yg diberikan dan sebaliknya semakin rendah level pendidikan  semakin sempit ruang. Jenjang pendidikan rendah-menengah  seperti TK-SD-SMP dihuni anak² yg membutuhkan ruang gerak yg luas untuk bertumbuh, bergerak, berkreativitas dan berkembang leluasa. Mereka yang sedang aktif²-nya bergerak meruang. Sayangnya hanya menempati ruang-ruang seadanya. Ruang-ruang sisa.. Foto: https://awsimages.detik.net.id/

Ruang: Pengukuh eksistensi Manusia

Gambar
Ruang: Pengukuh eksistensi Manusia 🆂🅴 Sebagai jiwa yg memiliki jasad, manusia membutuhkan ruang untuk kelangsungan hidupnya. Anasir-anasir ruang memungkinkan manusia melakukan aktivitas mendasar dalam hidup. Ruang sebagai wilayah manusia melakukan interaksi dg sesama, alam dan lingkungan untuk bernafas, makan, merasakan sensasi, berinteraksi, beradaptasi dan berkembang biak. Relasi antar manusia dan alam dalam ruang yg berdaulat akan menjadi panggung dan sarana untuk mengartikulasikan empati, simpati, kasih sayang, sampai keberagamaan. Panggung dan sarana yang mewadahi seluruh proses kreatifitas sekaligus transendensi. Hasil interaksi akan menghasilkan toleransi, gotong-royong, sampai keadilan. Memproduksi lingkungkan yang bersih, menghindari bencana, sampai memberikan kualitas udara yang sehat. Kedaulatan ruang inilah ajang sesungguhnya dari pelaksanaan seperangkat konsep nilai keberagamaan dan kemanusiaan. Ruang-ruang pertapaan manusia sebagai tempat beribadah sekaligus jembatan ya

Hanya Penggalan

Gambar
  Hanya Penggalan 🆂🅴  Anda memaksakan diri hingga batasnya! Mendorong diri sendiri adalah satu-satunya cara untuk memanfaatkan potensi tak terbatas dari tubuh manusia! Bahkan pengecut bisa menjadi pejuang! Tapi jika kamu berhenti memaksakan dirimu, maka tubuhmu akan mulai membusuk, dan prajurit di dalam dirimu akan berubah menjadi pengecut!” Ada buanyak sekali ahli atau pakar dalam bidang² pekerjaan dan keahlian. Banyak yg bahkan genius sejak dari lahirnya. Banyak juga yg didukung dengan fasilitas sangat lengkap, mewah dan pendanaan yg besar. Ada juga yg hanya mengandalkan bakat tanpa dukungan apa-apa. Banyaknya ahli atau pakar ini memunculkan begitu banyak teknik dan metode untuk menyelesaikan persoalan terkait bidang mereka. Namun hanya sedikit yg bisa mencapai level teratas meskipun didukung sumber daya yg sangat besar. Apa persoalannya? Selain latihan keras yg berkesinambungan, kerja keras yg tidak cengeng tanpa mengenal lelah ada prasyarat utama yaitu kekuatan jiwa atau spiritua

Someday

Gambar
Someday 🆂🅴 Ikhlas tak bisa didirikan di atas landasan praktis, dia mesti dijalanin dari hakikat. Seperti Minggu pagi lalu. Aku sudah janjian dengan Quina ketemu di stasiun Bojonggede. Sebelum melangkah ke stasiun, Layla telepon minta ditemani. Sudah izin Quina, katanya. Dengan terpaksa, karena senang, aku membatalkan janji dan berlari menyongsongnya. "Keren kan . Level keihlasan Quina sudah di maqom hakikat. Level dewa. Sementara apalah aku yang bahkan tidak bisa menyembunyikan keelokan hujan di bulan Oktober". Asli pujian untuk menjilat. Cukup untuk menghindari amuk Quina.😉 Sepekan sebelumnya kami, para mantan mahasiswa di program bahasa, memang berencana ke rumah teh Lia di Bojonggede. Sudah 15 tahun sejak kami memakai toga dan menerima ijazah sarjana. Lima tahun pertama kami masih sering bertemu. Sejak masing-masing berkeluarga, semakin sulit bagi kami bertemu. Lia dahulu paling rajin mengajak rendezvous. Dia juga paling dinantikan. Kalau dia tidak ada, kita yg ngumpul

We're leaving together

Gambar
We're leaving together 🆂🅴 Cara Merusak Bahasa Lagu grup band  Europe tahun 80-an sangat terkenal. Dahulu diputar saat sekolah sudah memasuki injuri time , Detik-detik akhir kelulusan. It's the final countdown. We're leaving together. Karena so many light years to go and things to be found . Ketemu apa yang dicari?  Jawabnya masing-masing.  But still it's farewell. And maybe we'll come back . Dan kita memang ketemu lagi di reuni demi reuni di semua tingkat sekolah. Ketemu yg dicari? Masing-masing jawabnya. Sekarang lagu itu terdengar lagi. But nothing to be found . Kita sudah menjadi. Menjadi cetakan rutinitas dan bentukan problematika. Menjadi sangat mekanistis dalam keseharian, sikap dan paradigma. Tidak ada lagi kejutan. Tidak ada lagi gairah yg memicu adrenalin, kecuali kekhawatiran terhadap anak-anak. Apakah mereka akan semekanistis orangtua dan masyarakatnya? Yes, this is the final countdown, but still got the light to find. ngupi pagi di hutan kota SeBa Foto

Ruang dan Manusia

Gambar
Ruang dan Manusia 🆂🅴 Kerusakan ekologis tak berbaju seragam, mengenakan jubah, peci atau blangkon. Tak peduli para perapal wirid, doa atau mantera, pengguna tasbih, rosario atau japamala, kalau setiap jengkal tanah dan setiap persegi ruang dimutilasi atas nama pertumbuhan dan modernisasi, tanpa menyisakan ruang untuk tetumbuhan, hewan dan semua kegiatan dalam siklus ekologi, tinggal menunggu saatnya panen bencana. Tak adanya ruang untuk tetumbuhan penjaga air tanah, penetralisir polusi, sekaligus kerajaan bagi mahluk renik pendukung perputaran siklus ekologis-hidrologis bisa ditandai sebagai release-demand ratio yang tidak seimbang antar pemutilasi ruang untuk ekonomi dengan pemanfaat ruang untuk ekologi dan interaksi. Ruang-ruang tatap dan guyub sebagai ajang tumbuh kembang anak yg nyaman dan aman, lenyap berganti beton dan jalanan beraspal yang minim edukasi kecuali kekerasan, ketidakpedulian dan individualisme tuna empati. Masyarakat terpinggir ke ruang-ruang sisa ( slum area )