Sebuah Buku
Sebuah Buku
🆂🅴 Apakah syaitan pernah menulis buku? Jawabnya pernah. Buku itu dia letakkan (dipendam) di bawah singgasana Nabi Sulaiman 'alayhisalam dan membocorkan informasi tentang buku itu sesaat sesudah sang nabi wafat. Buku itu berisi amalan-amalan sihir yang memungkinkan manusia melakukan hal-hal luar biasa melampaui akal. Tujuannya? Mendekonstruksi seluruh kredibilitas sang nabi dan menisbahkannya kepada laku atau perbuatan sihir.
Pemutarbalikan fakta ini sebagian besarnya berhasil. Buku sebagai bukti otentik dan real merupakan fakta tak terbantahkan oleh persepsi yg menjadikan realitas objektif sebagai dasar pengambilan sebuah keputusan tentang benar dan salah. Kondisi ini bertahan berabad-abad lamanya. Bahkan saat Kanjeng nabi Muhammad shalallahu 'alayhi wasallam menyatakan kenabian Sulaiman, segera saja dibantah dan ditertawakan oleh golongan yahudi. Mereka tetap beranggapan bahwa Sulaiman tidak lebih dari tukang sihir.
Pelajaran ini mengingatkan kita bahwa sebuah buku memiliki pengaruh luar biasa bahkan untuk kasus di atas mampu membentuk paradigma ketidakpercayaan, penghinaan dan pelecehan selama berabad-abad.
Namun gilanya, buku seperti ini justru lebih banyak membangkitkan penasaran orang dan mereka dengan sukarela menghabiskan banyak energi untuk mencarinya. Ada illustrasi yang pas dan digambarkan dengan sangat baik di film Dr. Strange atau film² sihir bikinan holiwud lain atau buku-buku tentang sihir yang menjadi hits dekade ini. Pesannya mencari dan mempelajari sihir itu adalah kebaikan kebaikan jika digunakan untuk hal yang baik.
Bacaan atau tontonan paling diminati menurut studi adalah tentang manusia luar biasa yang memiliki kelebihan dalam hal kekuatan fisik maupun supranatural. Semua genre baik action, komedi, drama, petualangan sampai animasi didominasi tafsir liar tentang kuasa yang melampaui kemampuan manusia rata². Kemampuan yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan fisik dan dampaknya terhadap psikologi.
Semua audiens dilemparkan pada kenyataan yang tidak ada tetapi bisa dirasakan seolah ada. Meskipun pada kenyataannya kita tahu hidup tidak sependek yang digambarkan dalam lembar-lembar buku atau frame demi frame film. Jika pun ada kebosanan dan absurditas tentang keluarga para "manusia super" yg harus mengikuti rutinitas, jawabannya kembali kepada spontanitas penyelesaian permasalahan dengan kekuatan, seperti Incredible 2. Siklus yang akan terus berulang tanpa sebuah kepastian kebahagiaan hakiki, kecuali kepuasan sesaat.
Berbeda dengan buku-buku karangan imam paling cemerlang sepanjang zaman, Imam Abu Hanifah (699 M), penyusun metodologi dalam fiqih. Atau buku-buku Imam Ghazali dan tak terhitung buku karangan ulama tanah air. Pada semua dokumennya tersimpan ilmu-ilmu yang sangat luar biasa bahkan sangat ajaib, luar biasa. Semua dokumennya masih terdokumentasi dan terduplikasi dengan sangat baik, beserta berabad-abad kearifan yang di kandungnya sebagai jalan kebenaran sejati.
Saat ini sayangnya, semua itu terpinggirkan dalam forum-forum atau wacana-wacana di gubuk-gubuk atau kobong-kobong* terpencil yang secara fisik sangat menyedihkan. Terdegradasi dari penilaian masyarakat pemuja kemasan yang memandang bukti fisik 'realitas objektif' sebagai fakta partikular.
SeBa
*Pesantren Sorogan di kampung-kampung terpencil biasanya ngaji Kitab Kuning
Foto: Koleksi pribadi
Komentar
Posting Komentar