Catatan Akhir Pekan
Catatan Akhir Pekan
🆂🅴 Sabtu di ujung Mei mendadak ingin ketemu teman-teman alumni Indraprasta. Dipicu undangan khitan cucunya Kang Ajat, pagi jam 9 aku memulai perjalanan akhir pekan. Jangan membayangkan alur seperti perjalanan ke baratnya Hanoman versi Mandarin alias Sun Go Kong yg menemani gurunya mencari kitab suci.Perjalanan akhir pekan ini bahkan lebih dramatis karena harus melewati serangkaian proses mulai dari memandikan si bungsu, beliin nasi uduk, siapin makan juga mengajak keliling kampung. Setelah itu baru bisa mandi pake sabun wangi tak lupa gosok gigi, siapin motor dan berangkat. Bandingkan dengan Go Kong yang tidak digelendotin bocah apalagi istri, karenanya dia bisa sesuka hati. Gw sesuka hati? Huh digelandang ke kantor RW hehehe ..
Akhirnya berangkat ke tujuan pertama, rumah Quina, emaknya si Kembar yg ternyata sudah SMA. Ampun deh, padahal ketemu dahulu masih ga mau lepas sama mamaknya, sekarang sudah SMA. "Quina, pilihan 4 sehat 5 sempurnanya berhasil!"😁
Di koordinat akhir yg ditunjuk, gugel map ternyata tidak mampu menunjuk rumah Quina. Padahal jelas-jelas sudah mengikuti arah si maps. Jadinya muter-muter sampai dua kali tidak juga ketemu rumahnya. Sialnya gugel map tidak menunjukkan penyesalan apa² kalau dia sudah menyesatkan daku. Garis arahnya mbulet makin jauh.
Akhirnya janjian sama Quina di SMP 227, tempat Bu Kepsek, Dewi Riandari. Kali ini gugel mapnya ga ngaco. Tidak kalah dramatis dengan drama Korea, sampai di gerbang SMP, gerimis mengundang berkumandang. Quina datang tidak lama. Rupanya dia ngebajak orang naik motor suruh antar. Sayangnya Quina ndak bawa payung, jadi adegan yg diharapkan seperti drakor batal tayang 😁.
Di dalam, Bu Kepsek Dewi sedang menerima tamu wali murid, pengawas atau malahan mungkin perwakilan LSM yg minta jatah preman. Soalnya mereka serius bener. Tapi untungnya tidak lama. Begitu mereka keluar Bu Kepsek menyilahkan kami masuk. Tapi kita sudah terlanjur nyelonong di kursi tamu. Ibu-ibu yg kebetulan ada di sana melihat ke arah kami mungkin sambil membatin, dua bocah itu petakilan amat ya (begitu prasangkaku 😘).
Ruangan kepala sekolah penuh meja, kursi dan lemari. Tipikal kepala sekolah yg orientasinya kerja..kerja...dan kerja. Dia kan anak buahnya Jokowi. Paling tidak sampai 4 tahun masa pemerintahan tersisa. Di atas meja, di dalam lemari penuh kertas dokumen. Ada secuil ruang untuk sholat dengan asesoris modem internet high speed di atasnya.
Dinding sebelah atas ada foto presiden, wapres juga Gubernur Anies. Tetapi yg menarik ada deretan foto para mantan kepala sekolah SMP 227 plus foto kepala sekolah terkini. Jika deretan foto itu dibandingkan, ternyata kepala sekolah yg sedang menjabat sekarang paling muda dan paling cantik. Bahkan kalo dilihat langsung yg sekarang jauh lebih glowing dibanding 8 tahun lalu saat kuliah. Saat itu, seingatku kaya kertas diremes-remes, kusut...hehe.
Kami bertiga pun bertukar cerita panjang lebar mengalir tanpa jeda. Ada banyak kangen yg tersimpan dari kekonyolan-kekonyolan saat kita kuliah di Unindra. Kelas S2 Minggu yg paling koplak dan ga ada yg serius. Untung saja ada mbak Tri yg rajin, pintar dan menawan. Jadi ada perwakilan kelas yg pintar dan bisa bersaing dengan lulusan kelas lain. Jadi kalau nanti ada pertandingan cerdas cermat alumni, untuk perwakilan kelas, kita percayakan ke Mbak Tri. Kalau dia tidak mau, kita kelitikin rame-rame.
Sehabis adzan Dzuhur, kamipun berpamitan. Padahal ditawarin nasi padang. Dalam hati, "Ntar Dew, lain kali bukan nasi Padang yg kita minta tapi nasi uduk, nasi kuning, nasi timbel, nasi tutug, nasi lemak, nasi tumpeng dan tidak lupa nasib yg mau diuntung 😁".
Perjalanan berlanjut ke rumah Kang Ajad di Kramatjati. Si kakek sedang ngobrol dengan tamu saat aku datang. Rupanya ada sesepuh kampung sedang berkunjung. Tanpa basa-basi, acara santap-surantab langsung dimulai. Pokoknya gini deh!👍 Sayang ga datang, ada menu bakso spesial yg didatangkan langsung dari Solo.
Cerita demi cerita keluar begitu saja dari kami. Bagaimana Kang Ajad sempat kehilangan kesadaran sebelum acara pernikahan anaknya bahkan mengalami isolasi mandiri karena Covid. Kang Ajad di rawat di Asrama Haji. Setiap malam sendirian berteman makhluk astral yg rada genit.
Tetapi yg paling mendebarkan adalah pengalaman beliau memasuki dunia pertengahan antara kesadaran dan ketidaksadaran. Antara dunia roh dan jagad wadag yg memberi kesadaran spiritual bahwa materialisasi kehidupan benar² arah yg salah untuk dipedomani. Bahkan semakin beliau tenggelam di dalam pengembaraan spiritual itu, ada keyakinan mistis bahwa seluruh prosesi ibadah akan sangat membantu dan menghangatkan kita dalam perjalanan mengarungi alam antara yg sangat dingin tersebut.
Hampir dua jam kami ngobrol ngalor-ngidul tak terasa. Saat itu kiriman sate datang. Padahal sudah pamitan. Ah, tahu gitu pamitnya rada lama 😂😂😂.
Sampai di rumah tiba-tiba kepikiran teh Lia. Langsung telpun beliau. Sekilas info: kawan-kawan, teh Lia baru mendapat musibah. Selang dua bulan, pada November dan Januari lalu, ibunda dan suami tercintanya meninggalkan beliau. Ucapan duka cita dan bela sungkawa yg sangat dalam untuk Teh Lia dan si Dede, semoga tetap sehat, tabah dan tawakal menjalani hidup. Juga yg terbaik untuk si Dede yg sekarang sudah SMA.
Aku juga telpon Mbak Jum, nanyain kabarnya sekalian nanya apa masih diperbolehkan merindu padanya? Ternyata Mbak Jum masih tetap seperti dulu, tidak ada yg berubah. Kalaupun ada hanya Kang Harry yg tahu detilnya 😁😁.
Simpulan
Saat kuliah ada begitu banyak pengalaman mendebarkan yg kita alami bersama. Salah satunya saat pengalaman dicicakin* seseorang, Dangan tanpa malu-malu makan di depan restoran pake makanan sendiri bareng² pulak. Sesudah itu jalan² ke dalam restorannya tanpa rasa bersalah. Ada juga moment saat perjalanan ke pasar Cina di Cibubur, buka puasa di rumah Mbah Uti, di rumah Mbak Jum dan banyak momen mendebarkan lain.
Karenanya ayuk kita kuatkan dan hangatkan lagi tali silaturahmi. Kita jadikan kehangatan itu sebagai telaga energi yg mudah-mudahan bisa menjadi suluh tatkala kita mengalami kejenuhan.
Salam Kangen
(*) Kalau dikadalin terlalu kasar

Komentar
Posting Komentar