Belajar adil dalam Pikiran
Belajar adil dalam Pikiran
🆂🅴 James A.F. Stoner seorang profesor di Universitas Fordham, Amerika melakukan penelitian tentang kualitas kepemimpinan di seluruh dunia. Dia menyatakan seorang pemimpin harus mampu bekerjasama dengan orang lain. Selain sebagai pemikir analitis dan konseptual, penengah yang bijaksana dan adil, seorang pemimpin mesti menyediakan ruang bagi orang lain untuk ikut berpartisipasi dalam diskursus terhadap arah kebijakan organisasi.Pelibatan orang lain dalam diskursus ini membuka peluang munculnya tindakan yang paling kreatif, produktif dan tetap selaras dengan tujuan organisasi. Pintu-pintu kesempatan terbuka lebar untuk inovasi-inovasi yang mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja.
Stoner juga menunjukkan bahwa seorang pemimpin mesti berperan sebagai forcing mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Karena kepemimpinan adalah gabungan antra seni dan ilmu, seorang pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah). Dia harus bisa bersikap dalam dimensi waktu, suasana kerja, dan tentunya kasus yang membuka peluang konflik.
Seorang pemimpin muslim harus mencontoh Rosululloh. Teladan yang melahirkan pemimpin kelas wahid seperti Abu Bakar, Ustman, Umar, dan Ali. Dalam diri Utman, akan dijumpai karakter pemimpin yang sangat detail menentukan tujuan. Bagaimana melakukan identifikasi kondisi eksisting, melakukan studi kelayakan untuk menentukan plus minusnya. Kemudian merumuskan penyelesaian tanpa melanggar aturan yang ada.
Selain itu Ustman juga mengharuskan pendekatan humanis terhadap kaum lemah dalam setiap keputusan yang menyangkut kemaslahatan orang banyak.
Teladan dari Ali mengharuskan seorang pemimpin untuk berfikir smart dan inovatif demi kemajuan organisasi. Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Orang yang dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Orang yang dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
Seorang pemimpin pasti dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit dalam membuat keputusan.
Namun apapun yang terjadi pemimimpin harus membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah. Dalam hal ini, seorang pemimpin mesti belajar pada Umar bin Khattab.
Sahabat Rosul yang dikenal dengan pemberani itu mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus bersikap tegas dan memutuskan kebijakan sesuai peraturan yang ada tanpa pandang bulu. Hal ini penting untuk menciptakan kondisi tertib dan disiplin sesuai aturan yang berlaku.
Paling utama adalah belajar adil dalam pikiran. Penilaian objektif terhadap pencapaian dan inovasi seseorang dalam tim mesti dibedakan dengan pandangan subjektif terhadap orang tersebut.
Dari Abu Bakar, sahabat paling senior ini mengajari seorang pemimpin untuk bersikap bijak dalam membuat keputusan apabila aturan yang ada tidak mengatur secara detail. Kemampuan seorang pemimpin untuk mengajak dan melakukan kompromi. Demi suksesnya pencapaian tujuan.
Keputusan bijak yang diambil akan akan menciptakan win-win solution yang mendidik dan mengarah kepada kebaikan untuk organisasi bahkan negara.
Paling utama bagi seorang pemimpin adalah belajar adil dalam pikiran. Penilaian objektif terhadap pencapaian dan inovasi seseorang dalam tim mesti dibedakan dengan pandangan subjektif terhadap orang tersebut.
SeBa
Ditulis untuk Majalah Diffusion
Foto: Koleksi pribadi
Komentar
Posting Komentar