The Greening of the Self


The Greening of the Self

🆂🅴 Pada pergantian milenium lalu, 80 persen orang Amerika, dan lebih dari dua pertiga orang Eropa, menganggap diri mereka pencinta lingkungan; Partai dan kandidat hampir tidak akan dipilih tanpa "menghijaukan" platform mereka; Pemerintah dan lembaga internasional memperbanyak program, badan khusus, dan undang-undang untuk melindungi alam, meningkatkan kualitas hidup dan -pada akhirnya- menyelamatkan Bumi. Perusahaan, termasuk beberapa pencemar terkenal, telah memasukkan lingkungan hidup dalam agenda hubungan masyarakat mereka, serta di antara pasar baru mereka yang paling menjanjikan.

Namun, pemanasan global masih menjadi ancaman mematikan, hutan tropis masih terbakar dan bahan kimia beracun masuk ke dalam ekosistem dan rantai makanan.

Persoalan utama lingkungan sangat terkait dengan pola produksi dan konsumsi manusia. Menyelamatkan lingkungan berarti merevolusi cara berproduksi dan konsumsi manusia. Paling tidak reorientasi. Artinya akan ada perubahan budaya secara total. Tetapi berapa kerugian yang akan ditanggung para penguasa kapital? Berapa biaya perubahan?

Memang perkara sulit. Tetapi diskursus yg berkembang tentang lingkungan paling tidak memunculkan karakter global yang saling bergantung. Tidak ada satu negara di dunia yg dapat lepas ketika ada  bencana muncul. Lokasinya entah dimana. Ketika terjadi kebakaran hutan di Kalimantan atau Brasil, seluruh negara di dunia ikut terkena dampaknya. Dampak langsung ataupun tidak langsung. Ada interkoneksi. Masih ingin cuek?

Saling ketergantungan menciptakan landasan bagi setiap negara dan intitusi untuk merumuskan kembali kebijakan mereka menuju sistem sosial ekonomi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Biar para petinggi yang berbicara di konferensi sejagad. 

Lalu apa yang bisa dilakukan setiap orang? Tidak perlu ideal. Kata seorang inisiator Partai Hijau German,  juga orang yang disamakan levelnya dengan pahlawan kemanusiaan, Petra Kelly, there is no need to wait until conditions become ideal. We can simplify our lives and live in ways that affirm ecological and human values. Better conditions will come because we have begun . . . It can therefore be said that the primary goal of Green politics is an inner revolution, ‘‘the greening of the self”.

Untuk saat ini, seperti kata om Didiet tak kemana-mana, seorang aktivis lingkungan dari Depok-Jawa Barat, cukup memulai dari tindakan pribadi dan keluarga. Awalnya menjaga sampah keluarga agar tidak keluar dari halaman rumah kita. Selesaikan sendiri. Atau nongkrong² ngupi di pinggir sungai sembari mentasin sampahnya. “Kalau orang buang air besar, cebok sendirilah. Hanya orang sakit yang minta dicebokin. Sampah itu sampahmu sendiri” tegasnya.

Lalu bagaimana dengan lingkungan hijau dan pembangunan berkelanjutan? Itu mah nunggu para pemilik kuasa untuk merevolusi pola produksi dan konsumsi. Nunggu juga para penguasa kapital. Menunggu perdebatan berlapis-lapis yang akhirnya mengabaikan isu sebenarnya. Jadi kalo itung²an untung rugi, atau menurut gw sih, kayaknya ga bakalan pernah kejadian hihihi...

Diadopsi dari The Power of Identity-nya Manuel Castel (168-169)


Depok, 10 Juni 2022
Seba
Foto: Koleksi pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dosen vs Mahasiswa

Lakara

MEMBANGUN RUANG KEBERSAMAAN