Suatu Sebel di Kota Smart
Suatu Sebel di Kota Smart
🆂🅴 Sebelnya di jalanan kota berstempel 'smart' itu ketika naik motor tiba-tiba ada orang keluar gang ngebut motong jalan. Setengah mati kita ngerem. Orangnya berlalu tanpa kata. Atau lagi naik mobil dipantatin melulu sama angkot atau mobil berstiker 'hati-² lagi belajar' yang tidak mau minggir sekedar buat kasih lewat. Masa dia yang belajar, kita yang disuruh hati-hati.
Tak kalah seru setiap gowes sepeda, ada saja motor nyeruduk dari belakang, dipotong dari samping, bahkan dipepet mobil padahal sepedanya sudah di bibir aspal paling pinggir, sebentar lagi got. Eit dah, apa kaga nyadar mereka pake mesin? Lha gue ngegowes pake kaki.Kalo sudah begitu, ada banyak ideasi muncul. Penataan kota ramah pejalan kaki, pesepeda dan tentunya kesadaran para pengguna jalan raya. Distribusi pemantauan di ujung jari, rumah kontrol. Hukum tegak.
Tetapi, mikirin hal-hal ideal seperti itu mirip para kutu buku di film-film Holiwud. Mereka memiliki pemikiran ideal yang fantastis tetapi tidak berdaya. Berhadapan dengan para 'pembulli' yang dengan kuasanya menciptakan standar kebaikan dan kebenaran semena-mena. Sialnya dengan menjadikan pemikiran-pemikiran ideal sebagai bahan tertawaan atau bahkan sansak hidup. Mudah-mudahan banyak kota tidak begitu. Kan masih berbenah menuju smart, jadi belum smart-smart amat kan? Kotanya ya....
sabachrun@gmail.com
Pernah dibagikan di FB Pribadi dan WA Grup Depok SmartCity
Foto: Sandra, BWS NT I-NTB
Komentar
Posting Komentar