Masih tentang Ruang


Masih tentang Ruang

🆂🅴 Pernah di suatu siang saya ngobrol sama Pakdhe Herblang, Uyung Mahagenta, Iman Saung dan Wawan Item. Mereka punya kepakaran di bidangnya masing². Uyung adalah master mindnya grup musik Mahagenta.

Pakdhe Herblang adalah salah satu penggagas kampung in the Garden di Sawangan Depok dan salah satu inisiator wilayah tersebut menjadi tempat penjualan pepohonan. Wawan item dan Imam Saung adalah praktisi tumbuhan yang banyak membuat inovasi di pertanian.    

Kata Pakdhe Herblang, banyak yg bicara toleransi, ngomongin keberagaman, tapi tidak menyediakan ruang² publik sebagai 'ajang' untuk menguji tafsir masyarakat ttg toleransi dan keberagaman, "Jelas itu hanya dilakukan orang sakit," ucap seseorang.

Kapitalisasi ruang dalam bentuk cluster-cluster perumahan, bisnis, akademis, politis, budaya sampai agamis membuat orang cenderung membatasi pandangannya pada sekat dimana dia berada.

Sialnya keterbatasan cara pandang itu juga dipakai untuk melihat bahkan menilai ruang² lain yg sama tersekatnya oleh paradigmanya masing².

Ilustrasinya begini, ibaratnya ada 4 serangga. Tiga serangga masing² menempati gelas dengan ukuran 1, 2 dan 3 meter. Sementara serangga ke-4 dibiarkan bebas, tanpa kungkungan gelas.

Setelah bertahun-tahun hidup dalam kebiasaannya, serangga 1 memiliki pemahaman terbang dan melakukan eksplorasi dengan permeter ga lebih dari satu meter. Serangga 2 perimeternya 2 meter. Serangga ke-3 terbatas di 3 meternya. 

Serangga ke-4 adalah serangga yg tidak membatasi paradigma terbangnya di gelas. Dia menemukan ruang artikulasi, eksplorasi tanpa bersekat. Berbeda dg ketiga serangga lain yg hanya mampu melihat dari keterbatasan ruangnya, serangga keempat mampu melihat ketidakberhinggaan dan menunjukkan keterbatasan 3 serangga tadi. 

Jadi selama kita belum berdaulat atas ruang hidup (paradigma) kita, dan memilih  menyerahkannya pada para pemutilasi ruang atas nama kebebasan, hak asasi, agama, budaya, demokrasi dan sejenisnya jangan pernah berharap NKRI maujud dalam keseharian. 

“Karena NKRI ruang dan manusia, bukan penguasa yg berkiblat pada naga," kata Pakdhe Herblang sambil pamitan.

Sementara, mas imam asyik memanen  senyum dari seorang biduan...asiiik... (seBa)

Foto: Dokumentasi Pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dosen vs Mahasiswa

Lakara

MEMBANGUN RUANG KEBERSAMAAN